Lulus terdengar menjadi mengerikan.. tapi tidak juga, karena kita tidak lulus sendiri, karena kita tidak hidup sendiri, karena kita tidak menghadapi dunia nyata sendiri, karena proses belajar itu tidak akan pernah berhenti hanya dengan kata "lulus", dan karena kita masih memiliki orang-orang yang kita sayangi dan menyayangiku yang mendampingiku di awal kehidupanku.. Lulus bukanlah hanya sebuah akhir dari satu masa, tapi juga awal dari masa yang lain. Kita pasti bisa, kami pasti bisa, karena kita telah terbiasa "lulus" dari suatu hal dan memulai hal yang lain.
Jika kita meninjau lagi esensi ujian (ujian papun itu termasuk ujian kehidupan) adalah untuk menguji seberapa mampukah kita dan apakah sudah saatnya kita naik ke tingkat ke jenjang yang lebih tinggi atau harus mengulang tingkat ini lagi? Bagi yang telah lulus (bisa lanjut ke jenjang selanjutnya) seharusnya bersyukur namun tidak terlena dengan euforia karena perjalanan masih jauh. Sedangkan yang masih mengulang hendaknya bersabar dengan berusaha lebih baik.
Barangsiapa diuji lalu bersabar, diberi lalu bersyukur, dizalimi lalu memaafkan dan menzalimi lalu beristighfar maka bagi mereka keselamatan dan mereka tergolong orang-orang yang memperoleh hidayah. (HR. Al-Baihaqi.
Moga kelulusan kali dimaknai oleh siswa dengan bersyukur, bukan dengan corat-coret, moga masih inget jelang UN waktu ada tausyiah di sekolah.... semoga
5 comments:
Inspiratif mas Amka.
Patut dibaca oleh siswa yang suka jingkrak-jingkrak anarkis setelah lulus ujian sekolah.
* Mas Amka.
Itu judulnya di Blogernas Forum (BF)ketinggalan huruf N -nya. Terus linknya usahakan huruf tebal mas, biar mencolok utk diklik pengunjung. Dan saya lihat tulisan ini di BF belum diberi link yang mengarah kesini.
Tetap semangat blogging mas Amka!
makasih sarannya.... tar diusahain lain kali mas EA, dah terupload baru ketauan N-nya nyempung sungai.... bravo
Mas Ernas, masih kangen kompasiana ݪª?
ћϱћϱ"̮. ... Terlihat dari comentar anda yang pertama kali berkata " inspiratif " kompasianer bgt, hahaнǻнǻнǻ=d◦*͡≈=‧‧
Mari Mas ke sana lagi, ditunggu teman-teman.
Bukan sensasi Mas Ernas, Τ̲̅âƥȋ̝̊̅̄ esensi,
Nah saya disana lagi kehilangan esensi sebenarnya, banyak makna yg hilang yg terasa bagi saya, makanya jarang mampir di kompasiana.
@ okta Aditya:
Hehe okta
Gimana mau kesana,
Wong adminnya sudah dendam kesumat pada pribadi saya. Apapun yang saya tulis, meski bukan konten agama sekalipun, tetap saja dihajar. Asal adminnya tahu bahwa akun tersebut adalah saya, maka akan langsung dibabat.
* Salam buat teman-teman Kompasianer ya
Post a Comment